Subhanallah, sesungguhnya Allah maha tahu,... berikut artikel yang saya baca tentang betapa pentingnya Shalat karena sangat bermanfaat bagi kesehatan dan ternyata memang merupakan KEBUTUHAN kita BUKAN KEWAJIBAN KITA (Kewajiban menjadi beban bagi sebagian orang, tetapi dgn menjadikan Shalat sebagai kebutuhan maka laiknya udara kita akan selalu terus-menerus membutuhkannya). Semoga bermanfaat...
Suatu ketika Rasulullah SAW berada di dalam Masjid Nabawi, Madinah.Selepas menunaikan shalat, beliau menghadap para sahabat untuk bersilaturahmi dan memberikan tausiyah. Tiba-tiba, masuklah seorang pria ke dalam masjid, lalu melaksanakan shalat dengan cepat.
Setelah selesai, ia segera menghadap Rasulullah SAW dan mengucapkan salam. Rasul berkata pada pria itu, "Sahabatku, engkau tadi belum shalat!"
Betapa kagetnya orang itu mendengar perkataan Rasulullah SAW. Ia pun kembali ke tempat shalat dan mengulangi shalatnya. Seperti sebelumnya ia melaksanakan shalat dengan sangat cepat. Rasulullah SAW tersenyum melihat "gaya" shalat seperti itu.
Setelah melaksanakan shalat untuk kedua kalinya, ia kembali mendatangi Rasulullah SAW. Begitu dekat, beliau berkata pada pria itu, "Sahabatku,tolong ulangi lagi shalatmu! Engkau tadi belum shalat."
Lagi-lagi orang itu merasa kaget. Ia merasa telah melaksanakan shalat sesuai aturan. Meski demikian, dengan senang hati ia menuruti perintah Rasulullah SAW. Tentunya dengan gaya shalat yang sama.
Namun seperti "biasanya", Rasulullah SAW menyuruh orang itu mengulangi shalatnya kembali. Karena bingung, ia pun berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melak
sanakan shalat dengan lebih baik lagi. Karena itu, ajarilah aku!"
"Sahabatku," kata Rasulullah SAW dengan tersenyum, "Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Fatihah dan surat dalam Alquran yang engkau pandang paling mudah. Lalu, rukuklah dengan tenang (thuma'ninah), lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak. Selepas itu, sujudlah dengan tenang, kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang. Lakukanlah seperti itu pada setiap shalatmu."
Kisah dari Mahmud bin Rabi' Al Anshari dan diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahih-nya ini memberikan gambaran bahwa shalat tidak cukup sekadar "benar" gerakannya saja, tapi juga harus dilakukan dengan tumaninah, tenang, dan khusyuk.
Kekhusukan ruhani akan sulit tercapai, bila fisiknya tidak khusyuk. Dalam arti dilakukan dengan cepat dan terburu-buru. Sebab, dengan terlalu cepat, seseorang akan sulit menghayati setiap bacaan, tata gerak tubuh menjadi tidak sempurna, dan jalinan komunikasi dengan Allah menjadi kurang optimal. Bila hal ini dilakukan terus menerus, maka fungsi shalat sebagai pencegah perbuatan keji dan munkar akan kehilangan makna. Karena itu, sangat beralasan bila Rasulullah SAW mengganggap "tidak shalat" orang yang melakukan shalat dengan cepat (tidak tumaninah).
Hikmah gerakan shalat
Sebelum menyentuh makna bacaan shalat yang luar biasa, termasuk juga aspek "olah rohani" yang dapat melahirkan ketenangan jiwa, atau "jalinan komunikasi" antara hamba dengan Tuhannya, secara fisik shalat pun mengandung banyak keajaiban.
Setiap gerakan shalat yang dicontohkan Rasulullah SAW sarat akan hikmah dan bermanfaat bagi kesehatan. Syaratnya, semua gerak tersebut dilakukan dengan benar, tumaninah serta istikamah (konsisten dilakukan).
Dalam buku Mukjizat Gerakan Shalat, Madyo Wratsongko MBA. mengungkapkan bahwa gerakan shalat dapat melenturkan urat syaraf dan mengaktifkan sistem keringat dan sistem pemanas tubuh. Selain itu juga membuka pintu oksigen ke otak, mengeluarkan muatan listrik negatif dari tubuh, membiasakan pembuluh darah halus di otak mendapatkan tekanan tinggi, serta membuka pembuluh darah di bagian dalam tubuh (arteri jantung).
Kita dapat menganalisis kebenaran sabda Rasulullah SAW dalam kisah di awal.
"Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah."
Saat takbir Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya ke atas hingga sejajar dengan bahu-bahunya (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar). Takbir ini dilakukan ketika hendak rukuk, dan ketika bangkit dari rukuk.
Beliau pun mengangkat kedua tangannya ketika sujud. Apa maknanya? Pada saat kita mengangkat tangan sejajar bahu, maka otomatis kita membuka dada, memberikan aliran darah dari pembuluh balik yang terdapat di lengan untuk dialirkan ke bagian otak pengatur keseimbangan tubuh, membuka mata dan telinga kita, sehingga keseimbangan tubuh terjaga.
"Rukuklah dengan tenang (tumaninah)." Ketika rukuk, Rasulullah SAW meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut (HR Bukhari dari Sa'ad bin Abi Waqqash). Apa maknanya? Rukuk yang dilakukan dengan tenang dan maksimal, dapat merawat kelenturan tulang belakang yang berisi sumsum tulang belakang (sebagai syaraf sentral manusia) beserta aliran darahnya. Rukuk pun dapat memelihara kelenturan tuas sistem keringat yang terdapat di pungggung, pinggang, paha dan betis belakang. Demikian pula tulang leher, tengkuk dan saluran syaraf memori dapat terjaga kelenturannya dengan rukuk. Kelenturan syaraf memori dapat dijaga dengan mengangkat kepala secara maksimal dengan mata mengharap ke tempat sujud.
"Lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak." Apa maknanya? Saat berdiri dari dengan mengangkat tangan, darah dari kepala akan turun ke bawah, sehingga bagian pangkal otak yang mengatur keseimbangan berkurang tekanan darahnya. Hal ini dapat menjaga syaraf keseimbangan tubuh dan berguna mencegah pingsan secara tiba-tiba.
"Selepas itu, sujudlah dengan tenang." Apa maknanya? Bila dilakukan dengan benar dan lama, sujud dapat memaksimalkan aliran darah dan oksigen ke otak atau kepala, termasuk pula ke mata, telinga, leher, dan pundak, serta hati. Cara seperti ini efektif untuk membongkar sumbatan pembuluh darah di jantung, sehingga resiko terkena jantung koroner dapat diminimalisasi.
"Kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang." Apa maknanya? Cara duduk di antara dua sujud dapat menyeimbangkan sistem elektrik serta syaraf keseimbangan tubuh kita. Selain dapat menjaga kelenturan syaraf di bagian paha dalam, cekungan lutut, cekungan betis, sampai jari-jari kaki. Subhanallah!
Masih ada gerakan-gerakan shalat lainnya yang pasti memiliki segudang keutamaan, termasuk keutamaan wudhu. Semua ini memperlihatkan bahwa shalat adalah anugerah terindah dari Allah bagi hamba beriman. Wallaahu a'lam.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
assalamu'alaikum... Bang.. aku pengen tau arti gerakan solat.. tapi arti filosofisnya...misal seperti ketika salam.. kata guruku sih artinya.. salam waktu menoleh ke kanan dan kiri artinya bahwa orang di sekitar kita terlindung dari lidah kita yang kadang tak bertulang.
Walaikumsalam untuk alea... sebelumnya terima kasih atas comment anda di blog saya, saya mohon maaf karena mungkin blog ini sdh lama tidak ter-update lagi, karena saya sudah beberapa bulan ini mengalihkan address blog saya ke indraprima.com... Anw, lumayan sedikit berat bagi saya untuk menjawab pertanyaan saudara karena jujur saya juga masih belajar, dan jawaban yang bisa saya berikan kepada anda juga hasil pencarian yang saya dapatkan dari usaha "mencari dan memahami guna menjalankan (dgn benar)"...
Makna salam dalam shalat memang memiliki banyak makna, ada yang mengatakan bahwa itu adalah pemberian salam untuk saudara2 kita moeslem di sekitar kita, tetapi juga ada yang mengatakan bahwa ditujukan kepada malaikat yang ada di "kanan dan kiri" kita... Tetapi saya sendiri akhirnya mulai paham setelah mendapatkan artikel berikut yang saya dapatkan dari "eramuslim"
lanjut... berikut artikelnya semoga bisa sedikit menjawab pertanyaan anda..
"Kepada Siapa Salam dalam Shalat?"
Untuk menjawab pertanyaan anda, mari kita bukan salah satu rujukan. Kami memilih membuka kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhazzab karya Al-Imam An-Nawawi rahimahulah.
Di dalamnya ada terdapat beberapa nash dari hadits nabawi yang menjelaskan jawaban atas pertanyaan anda. Yaitu salam yang kita ucapkan di akhir shalat itu ditujukan untuk beberapa kemungkinan, antara lain untuk diri kita sendiri, atau untuk sesama yang shalat jamaah, atau untuk para malaikat dan juga para nabi.
رَوَى سَمُرَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُسَلِّمَ عَلَى أَنْفُسِنَا وَأَنْ يُسَلِّمَ بَعْضُنَا عَلَى بَعْضٍ
Samurah ra meriwayatkan, "Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk memberi salam (dalam shalat) kepada diri kami dan juga kepada sesama kami."
عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَرَّمَ اللَّهُ وَجْهَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي قَبْلَ الظُّهْرِ أَرْبَعًا ، وَبَعْدَهَا رَكْعَتَيْنِ ، وَيُصَلِّي قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا: يَفْصِلُ كُلَّ رَكْعَتَيْنِ بِالتَّسْلِيمِ عَلَى الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِينَ وَالنَّبِيِّينَ ، وَمَنْ مَعَهُ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ
Dari Ali ra. bahwa Nabi SAW shalat Dzhuhur 4 rakaat dan setelahnya shalat 2 rakaat dan shalat sebelum Ashar 4 rakaat. Beliau memisahkan antara 2 rakaat dengan salam kepada para malaikat al-muqarrabin, para nabi dan orang mukmin yang bersamanya.
Semoga kutipan pendek ini cukup untuk menjelaskan jawaban pertanyaan anda.
Wallahu a'lam bishshawab wassalamu 'alaikum warahmatulahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.